Kita memasuki
bagian ketiga dari seri tulisan pengembangan UMKM. Pada bagian ini, kita akan
membahas bagaimana menghitung kebutuhan modal untuk memulai bisnis.
Simpan dulu
catatan kita tentang potensi pasar yang dibahas sebelum ini, sekarang mari
memulai lembaran kertas baru, berisi rencana kebutuhan investasi dan sumber
modalnya. Nanti setelah kebutuhan investasi dan sumber modalnya kita peroleh,
kita gabungkan dengan potensi pasar, itulah yang disebut sebagai studi
kelayakan bisnis. Kita akan membahas studi kelayakan pada bagian ke empat.Untuk memudahkan, kita bedakan kebutuhan modal itu menjadi dua kelompok. Kelompok pertama berupa peralatan untuk produksi. Kalau warung makan, itu berarti lahan dan bangunan tempat berjualan dan tempat memasak makanan, peralatan dapur terdiri dari kompor dan lain sebagainya. Semua peralatan yang bisa digunakan berulang dan tidak menjadi bagian dari makanan yang dijual, itulah yang dinamakan peralatan produksi yang kita hitung sebagai kebutuhan investasi. Buat dalam bentuk tabel,jenis peralatan yang diperlukan, berapa jumlahnya, berapa harganya per unit alat, siapa pemasoknya, dan kolom terakhir total biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing peralatan tersebut. Jumlahkan kolom terakhir tersebut, menjadi satu nilai kebutuhan investasi.
Kelompok kedua adalah bahan-bahan produksi. Bahan produksi adalah semua bahan baku yang akan diubah menjadi barang untuk dijual. Bila itu sebuah warung makan, bahan bakunya adalah beras, sayuran mentah, daging, ikan, minyak, bumbu-bumbu dan lain-lain. Kebutuhan bahan baku ini dihitung untuk selama satu putaran bisnis. Misalnya untuk sebuah warung makan, putaran bisnisnya hanya satu hari, karena belanja bahan baku hari ini, akan terjual atau menjadi uang kembali esok harinya. Bagi usaha pengolahan, misalnya industri kerajinan, menghitung kebutuhan bahan bakunya sedikit lebih rumit, karena barang hasil produksi tidak bisa langsung terjual. Karenanya, kita pakai saja waktu perkiraan, misalnya perputaran bisnisnya satu bulan, sehingga kebutuhan bahan bakunya untuk satu bulan.
Angka kebutuhan bahan baku didapat dari hitungan potensi pasar. Dari potensi pasar, kita perkirakan, seberapa banyak yang akan kita penuhi. Misalnya untuk menjual menu sarapan, makan siang, dan makan malam bagi katakanlah 100 orang pegawai suatu pabrik, maka kita bisa hitung berapa banyak beras yang harus dimasak dalam satu hari, berapa potong lauk untuk daging sehingga kita tahu berapa kilogram daging yang harus dibeli, begitua seterusnya untuk bahan lainnya. Buat daftar dalam bentuk tabel dengan kolom-kolom seperti menghitung kebutuhan investasi. Dari situ, kita akan dapatkan perkiraan kebutuhan bahan baku. Inilah yang sering disebut dengan kebutuhan modal kerja. Tambahkan biaya tenaga kerja dan biaya operasional lain, seperti transportasi dan komunikasi, bahan bakar, listrik untuk satu periode yang sama.
Sampai di sini, kita telah menghitung kebutuhan investasi awal. Sekarang kita harus menghitung ketersediaan dana yang dimiliki. Bila dana kita tidak mencukupi, terdapat beberapa alternatif yang bisa ditempuh, mengurangi skala investasi sepanjang tidak mengganggu proses produksi, mengurangi volume produksi, atau mencari fasilitas pendanaan dari dari luar. Sumber dana dari luar misalnya pemasok. Beberapa pemasok bisa memberi kredit non tunai, artinya, kita diberi kesempatan untuk membeli bahan baku dan membayarnya setelah produk terjual atau setelah waktu tertentu yang diperjanjikan. Namun, ini memiliki konsekuensi kita kehilangan potongan harga.
[dimuat di Kolom Pengembangan UMKM, Harian Kedaulatan Rakyat, 15 Desember 2014, kerja sama Bank BPD DIY dengan Harian Kedaulatan Rakyat]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar